Pertemuan 11
Pengaruh Individu
Ternyata yang namanya perilaku konsumen, juga terdapat
pengaruh individu dalam membeli suatu barang. Pengaruh individu itu
sendiri ada karena adanya dorongan dari dalam diri manusia yang dapat
menimbulkan minat beli konsumen terhadap suatu barang yang akan di
konsumsinya. Hal-hal yang memicu terjadinya pengaruh individu adalah :
1. rasa ingin memiliki
2. hasrat membeli
3. kebiasaan yang sering dilakukan
4. dorongan dari orang lain, keluarga, teman dll
5. budaya dan kebutuhan
point-point diatas merupakan hal yang dapat memicu pengaruh individu
dalam memutuskan suatu barang yang akan di beli. Mengapa? Karena rasa
ingin memiliki, hasrat membeli, kebiasaan yang sering dilakukan, serta
dorongan dari orang lain, keluarga, teman dll, dan budaya serta
kebudayaan, hal-hal inilah yang bagi saya/ si penulis yang menyebabkan
pengaruh individu itu berasal.
1. rasa ingin memiliki
setiap menusia sudah terlahir sebagai makhluk yang memiliki pikiran,
nafsu serta keinginan. Termasuk keinginan terhadap suatu barang namun,
ketika barang yang yang ingin dimiliknya itu sudah ditangan, pasti akan
menimbulkan kepuasan tersendiri bagi si manusia itu sendiri, tetapi lama
kelamaan, akan adanya timbul rasa kebosanan karena barang itu telah ia
ketahui sebagaimana fungsi barang itu dapat dipergunakan, contohnya saja
handphone blackberry, semua orang indonesia, pada awalnya ingin
memiliki handphone blackberry/smartphone ini, tetapi, ketika mereka
sudah memiliki barang tersebut pastilah akan timbul tingkat kebosanan,
karena sudah mengetahui segala kelemahan dan kelebihan dari handphone
blackberry tersebut. Hanya awalnya saja yang seperti rasa ingin memiliki
itu yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam memilih barang yang
akan dibelinya.
2. Hasrat membeli
hasrat membeli seseorang dapat juga menjadi faktor dalam pengaruh
individu. Karena dengan adanya hasrat ingin membeli, produsen akan
untung, karena barangnya terjual. Lalu bagaimana dengan si konsumen?
Konsumen pasti juga akan mendapatkan kepuasan tersendiri ketika ia
berhasil memenuhi hasrat membelinya dengan membeli sebuah barang yang ia
senangi. Tetapi hasrat membeli ini dapat menimbulkan dampak yang buruk
apabila, hasrat ini terlalu berlebihan, seperti seseorang yang
kecanduan, apa-apa ingin ssemuanya dibeli, jika tidak ia akan sakit,
atau menangis histeris, itulah dampak negatif yang dapat terjadi apabila
pihak konsumen terlalu berlebihan menanggapi sikapnya sendiri, yaitu
hasrat membelinya selalu saja dituruti, ketika ia belum terlalu
berlebihan menginginkan suatu barang.
3. Kebiasaan yang sering dilakukan
seseorang akan selalu terbiasa dengan perilaku membeli dan membeli semua
barang yang dia inginkan. Boleh saja kita membeli sesuatu yang kiranya
dapat memberikan manfaat bagi kita, tetapi hal tersebut harus diukur
dari segi kemampuan kita untuk memfasalitasi produk yang kita inginkan,
melihat bajet uang kita, apakah cukup atau tidak. Tetapi kebiasaan
orang-orang tidak melihatnya demikian, karena adanya fasilitas bantuan
dengan credit card, mereka seenaknya saja membeli barang-barang ini itu
sesuai kesuakaan mereka. Dan ketika jatuh tempo pembayaran, mereka tidak
memiliki uang. Dan hal tersebutlah yang dapat menyiksa si konsumen
karena kebiasaan yang sering dilakukan. Karena kebiasaan yang sering
berbelanja tanpa batas ukuran yang jelas, hal terseut dapat merugikan
diri konsumen sendiri. Oleh karenanya sebaiknya kita sebagai konsumen,
harus bisa mengatur pengeluaran dan melihat kesanggupan kita untuk
membayar apa yang kita inginkan agar tidak merugikan diri sendiri, serta
dapat mengurangi kebiasaan berbelanja yang teralalu sering dilakukan
sehingga hal tersebut menjadi sikap dan akhirnya menjadi kebiasaan buruk
yang dapat menimbulkan kerugian diri kita sendiri.
4. Dorongan dari orang lain, keluarga, teman dll
pengaruh individu juga timbul tidak hanya dari dalam diri sendiri begitu
saja, pastilah ada pihak-pihak lain yang dapt berperan mempengaruhi si
konsumen. Contohnya saja dari pihak teman yang paling mudah apabila
salah satu orang itu dipengaruhi, karena melalui teman adalah hal yang
biasanya paling efektif terjadi dalam hal apapun. Termasuk dalam hal
membeli. Ketika salah satu teman kita sedang berjualan barang-barang
apapun, pastilah kita ditawarkan dengan berbagai macam barang-barang
jualannya, dan otomatis teman akan mencoba merayu dan mengahasut kita
dengan perlahan demi perlahan agar kita mau membeli barang yang ia
tawarkan. Kemudian keluarga, biasanya pengaruh individu yang berasal
dari keluarga itu, karena kebutuhan yang memang harus dipenuhi, namun
ada juga yang kurang berguna untuk dibeli. Tetapi hal tersebut adalah
hal yang memang benar-benar dibutuhkan, sehingga si keluarga tersebut
dapat mempengaruhi perilaku seorang individu untuk membeli suatu barang
yang memang dibutuhkan. Kemudian orang lain, nah pengaruh dari orang
lain ini tergantung dari kemantapan dari seorang pribadi itu sendiri.
Ada seorang individu yang gampang dipengaruhi, ada yang tidak gampang
untuk dipengaruhi. Terkadang karena sikap kehati-hatian dari konsumen
terhadap orang lain itu sangat besar, karena semakin banyaknya tingkat
kejahatan yang terjadi di negar indonesia. Sehingga konsumen pastinya
akan mencoba berfikir dua kali ketika ia ditawarkan suatu barang-barang
yang mungkin mereka minati.
SUMBER:
http://putrisardyoriza.blog.com/2012/11/02/pengaruh-individu/
Jumat, 29 November 2013
Rabu, 27 November 2013
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 10
Pengaruh
Kelas Sosial dan Status
1. JENJANG
SOSIAL
Kelas sosial didefinisikan sebagai suatu
strata ( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan )
status sosial. Definisi ini memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat
orang-orang yang secara sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki kedudukan
social yang kurang lebih sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama
akan berada pada suatu lapisan yang kurang lebih sama pula.
2. Pengertian Jenjang Sosial
Kelas sosial
didefinisikan sebagai suatu strata ( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan
sama dalam kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial. Definisi ini
memberitahukan bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara
sendidi-sendidi atau bersama-sama memiliki kedudukan social yang kurang lebih
sama. Mereka yang memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu
lapisan yang kurang lebih sama pula.
Kelas sosial
didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki
status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif
mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun
dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi.
Dengan demikian, para anggota kelas sosial tertentu merasa para anggota kelas
sosial lainnya mempunyai status yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari pada
mereka. Aspek hierarkis kelas sosial penting bagi para pemasar. Para konsumen
membeli berbagai produk tertentu karena produk-produk ini disukai oleh anggota
kelas sosial mereka sendiri maupun kelas yang lebih tinggi, dan para konsumen
mungkin menghindari berbagai produk lain karena mereka merasa produk-produk
tersebut adalah produk-produk “kelas yang lebih rendah”.
Pendekatan
yang sistematis untuk mengukur kelas sosial tercakup dalam berbagai kategori
yang luas berikut ini: ukuran subjektif, ukuran reputasi, dan ukuran objektif
dari kelas sosial. Peneliti konsumen telah menemukan bukti bahwa di setiap
kelas sosial, ada faktor-faktor gaya hidup tertentu ( kepercayaan, sikap,
kegiatan, dan perilaku bersama ) yang cenderung membedakan anggota setiap kelas
dari anggota kelas sosial lainnya.
Para
individu dapat berpindah ke atas maupun ke bawah dalam kedudukan kelas sosial
dari kedudukan kelas yang disandang oleh orang tua mereka. Yang paling umum
dipikirkan oleh orang-orang adalah gerakan naik karena tersedianya pendidikan
bebas dan berbagai peluang untuk mengembangkan dan memajukan diri.
Dengan
mengenal bahwa para individu sering menginginkan gaya hidup dan barang-barang
yang dinikmati para anggota kelas sosial yang lebih tinggi maka para pemasar
sering memasukkan simbol-simbol keanggotaan kelas yang lebih tinggi, baik
sebagai produk maupun sebagai hiasan dalam iklan yang ditargetkan pada audiens
kelas sosial yang lebih rendah.
3. Faktor Penentu Kelas sosial
Apakah yang
menyebabkan seseorang tergolong ke dalam suatu kelas sosial tertentu? Jawaban
terhadap pertanyaan tersebut sangat beragam, karena strata sosial dalam
masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat itu sendiri atau terjadi dengan sengaja disusun untuk
mengejar tujuan-tujuan atau kepentingan-kepentingan bersama. Secara ideal
semua manusia pada dasarnya sederajat. Namun secara realitas, disadari ataupun
tidak ada orang-orang yang dipandang tinggi kedudukannya dan ada pula yang
dipandang rendah kedudukannya. Dalam istilah sosiologi kedudukan seseorang
dalam masyarakat disebut status atau kedudukan sosial (posisi seseorang dalam
suatu pola hubungan sosial yang tertentu). Status merupakan unsur utama
pembentukan strata sosial, karena status mengandung aspek struktural dan aspek
fungsional. Aspek struktural adalah aspek yang menunjukkan adanya kedudukan -
tinggi dan rendah dalam hubungan antar status. Aspek fungsional, yaitu aspek
yang menunjukkan adanya hak-hak dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh
penyandang status.
Talcott
Persons, menyebutkan ada lima menentukan tinggi rendahnya status seseorang,
yaitu:
1. Kriteria kelahiran (ras, kebangsawanan,
jenis keCamin,
2. Kualitas atau mutu pribadi (umur,
kearifan atau kebijaksanaan)
3. Prestasi (kesuksesan usaha, pangkat,
4. Pemilikan atau kekayaan (kekayaan harta
benda)
Otoritas
(kekuasaan dan wewenang: kemampuan-untuk menguasai/ mempengaruhi orang lain
sehingga orang itu mau bertindak sesuai dengan yang diinginkan tanpa
perlawanan)
Beberapa
indikator lain yang berpengaruh terhadap pembentukan kelas sosial, yaitu:
a. Kekayaan
Untuk
memahami peran uang dalam menentukan strata sosiai/kelas sosial, kita harus
menyadari bahwa pada dasamya kelas sosial merupakan suatu cara hidup. Artinya
bahwa pada kelas-kelas sosial tertentu, memiliki cara hidup atau pola hidup
tertentu pula, dan untuk menopang cara hidup tersebut diperlukan biaya dalam
hal ini uang memiliki peran untuk menopang cara hidup kelas sosial tertentu.
Sebagai
contoh: dalam kelas sosial atas tentunya diperlukan banyak sekali uang untuk
dapat hidup menurut tata cara kelas sosial tersebut. Namun demikian, jumlah
uang sebanyak apa pun tidak menjamin segera mendapatkan status kelas sosial
atas. "Orang Kaya Baru" (OKB) mungkin mempunyai banyak uang, tetapi
mereka tidak otomatis memiliki atau mencerminkan cara hidup orang kelas sosial
atas. OKB yang tidak dilahirkan dan disosiaiisasikan dalam sub-kultur kelas
sosial atas, maka dapat dipastikan bahwa sekali-sekali ia akan melakukan
kekeliruan, dan kekeliruan itu akan menyingkap sikap kemampuannya yang asli.
Untuk memasuki suatu status baru, maka dituntut untuk memiliki sikap, perasaan,
dan reaksi yang merupakan kebiasaan orang status yang akan dituju, dan hal ini
diperlukan waktu yang tidak singkat.
Uang juga
memiliki makna halus lainnya. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaan
profesional lebih memiliki prestise daripada penghasilan yang berujud upah dari
pekerjaan kasar. Uang yang diperoleh dari pekerjaan halal lebih memiliki
prestise daripada uang hasil perjudian atau korupsi. Dengan demikian, sumber
dan jenis penghasilan seseorang memberi gambaran tentang latar belakang
keluarga dan kemungkinan cara hidupnya.
Jadi, uang
memang merupakan determinan kelas sosiai yang penting; hal tersebut sebagian
disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang keluarga
dan cara hidup seseorang.
b. Pekerjaan
Dengan
semakin beragamnya pekerjaan yang terspesialisasi kedalam jenis-jenis pekerjaan
tertentu, kita secara sadar atau tidak bahwa beberapa jenis pekerjaan tertentu
lebih terhormat daripada jenis pekerjaan lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada
masyarakat Cina klasik, dimana mereka lebih menghormati ilmuwan dan memandang
rendah serdadu; Sedangkan orang-orang Nazi Jerman bersikap sebaliknya.
Mengapa
suatu jenis pekerjaan harus memiliki prestise yang lebih tinggi daripada jenis
pekerjaan lainnya. Hal ini merupakan masalah yang sudah lama menarik perhatian
para ahli ilmu sosial. Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada
umumnya memberi penghasilan yang lebih tinggi; meskipun demikian terdapat
banyak pengecualian (?). Jenis-jenis pekerjaan yang berprestise tinggi pada
umumnya memerlukan pendidikan tinggi, meskipun korelasinya masih jauh dari
sempuma. Demikian halnya pentingnya peran suatu jenis pekerjaan bukanlah
kriteria yang memuaskan sebagai faktor determinan strata sosial, Karena
bagaimana mungkin kita bisa mengatakan bahwa pekerjaan seorang petani atau
polisi kurang berharga bagi masyarakat daripada pekerjaan seorang penasihat
hukum atau ahli ekonomi ? Sebenarnya, pemungut sampah yang jenjang prestisenya
rendah itulah yang mungkin merupakan pekerja yang memiliki peran penting dari
semua pekerja dalam peradaban kota! Pekerjaan merupakan aspek strata sosial
yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan
pekerjaan. Apabila kita mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa
menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, pertemanannya, jam kerja,
dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang tersebut. Kita bahkan bisa menduga
selera bacaan, selera rekreasi, standar moral, dan bahkan orientasi
keagamaannya. Dengan kata lain, setiap jenis pekerjaan merupakan bagian dari
cara hidup yang sangat berbeda dengan jenis pekerjaan lainnya.
Keseluruhan
cara hidup seseoranglah yang pada akhimya menentukan pada strata sosial mana orang
itu digolongkan. Pekerjaan merupakan salah satu indikator terbaik untuk
mengetahui cara hidup seseorang. Oleh karena itu, pekerjaan-pun merupakan
indikator terbaik untuk mengetahui strata sosial seseorang.
c. Pendidikan
Kelas sosial
dan pendidikan saling mempengaruhi sekurang-kurangnya dalam dua hal. Pertama,
pendidikan yang tinggi memerlukan uang dan motivasi. Kedua, jenis dan tinggi
rendahnya pendidikan mempengaruhi jenjang kelas sosia. Pendidikan tidak hanya
sekedar memberikan ketrampilan kerja, tetapi juga melahirkan perubahan mental,
selera, minat, tujuan, etiket, cara berbicara - perubahan dalam keseluruhan
cara hidup seseorang.
Dalam
beberapa hal, pendidikan malah lebih penting daripada pekerjaan. De Fronzo
(1973) menemukan bahwa dalam segi sikap pribadi dan perilaku sosial para
pekerja kasar sangat berbeda dengan para karyawan kantor. Namun demikian,
perbedaan itu sebagian besar tidak tampak bilamana tingkat pendidikan mereka
sebanding.
4. Pengukuran Kelas Social
Pembagian
Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:
a. Berdasarkan Status Ekonomi.
1)
Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
dan;
- Golongan
sangat kaya
- Golongan
kaya
- Golongan
miskin
Aristoteles
menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida:
1. Golongan
Sangat Kaya
2. Golongan
Kaya
3. Golongan
Miskin
Ket :
Golongan
pertama : merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari
pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan
kedua : merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat.
Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan
ketiga : merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan
rakyat biasa.
2) Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi
tiga golongan, yakni:
a. Golongan
kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan
menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
c. Golongan
proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk
didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.
Menurut Karl
Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam
kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian,
dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan
kapitalis atau borjuis dan golongan proletar.
3) Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan
masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a. Kelas
sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas
sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
c. Kelas
sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class)
d. Kelas
sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class)
e. Kelas
sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
f. Kelas
sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)
1.
Upper-upper class
2.
Lower-upper class
3.
Upper-middle class
4.
Lower-middle class
5.
Upper-lower class
6.
Lower-lower class
Kelas sosial
pertama : keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial
kedua : belum lama menjadi kaya
Kelas sosial
ketiga : pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial
keempat : pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin
terkemuka
Kelas sosial
kelima : pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial
keenam : para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang
bergantung pada tunjangan.
4) Dalam masyarakat Eropa dikenal 4 kelas,
yakni:
1. Kelas
puncak (top class)
2. Kelas
menengah berpendidikan (academic middle class)
3. Kelas
menengah ekonomi (economic middle class)
4. Kelas
pekerja (workmen dan Formensclass)
5. Kelas
bawah (underdog class)
b.
Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial
timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya.
Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status
sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena
memiliki status sosial yang rendah.
Contoh :
Pada
masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana,
Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat
disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar
seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa,
Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh
kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.
c.
Berdasarkan Status Politik
Secara
politik, kelas sosial didasarkan pada wewenang dan kekuasaan. Seseorang yang
mempunyai wewenang atau kuasa umumnya berada dilapisan tinggi, sedangkan yang
tidak punya wewenang berada dilapisan bawah. Kelompok kelas sosial atas antara
lain:
- pejabat
eksekutif, tingkat pusat maupun desa.
- pejabat
legislatif, dan
- pejabat
yudikatif.
Pembagian
kelas-kelas sosial dapat kita lihat dengan jelas pada hirarki militer.
A. Kelas
Sosial Atas (perwira) Dari pangkat Kapten hingga Jendral
B. Kelas
sosial menengah (Bintara) Dari pangkat Sersan dua hingga Sersan mayor
C. Kelas
sosial bawah (Tamtama) Dari pangkat Prajurit hingga Kopral kepala
5. Apakah Kelas Sosial Berubah
Kelas sosial
akan pasti berubah, sama halnya seperti roda kehidupan yang selalu berputar.
Kadang seseorang berada dalam status sosial yang tinggi atau berada saat mapan
atau di hormati, tetapi terkadang lambat laun akan berada di posisi bawah,
yaitu ketika mereka tidak lagi berjaya, kaya, atau di hormati seperti sebelum –
sebelumnya. Ketika kelas sosial berubah perubahan itu juga akan mempengaruhi
perilaku dan selera konsumen terhadap suatu barang. Misalnya seorang yang biasa
mengkonsumsi nasi dari beras yang mempunyai kualitas yang rendah, tetapi
apabila ia menjadi kaya atau memperoleh rezeki yang berlebih maka ia akan
merubah beras yang di konsumsi dari yang berkualitas rendah ke kualitas yang
lebih tinggi. Dan ini juga bisa mempengaruhi berbagai permintaan produksi suatu
barang maupun jasa.
6. Pemasaran Pada Segmen Pasar Berdasarkan
Kelas Social
Pemasaran
pada segmen pasar berdasarkan kelas sosial berbeda – beda sesuai dengan kelas
sosial yang ingin di tuju. Bisa dilihat apabila ingin memasarkan suatu produk
yang mempunyai kelas sosial yang tinggi biasanya menggunakan iklan yang premium
atau bisa di bilang lebih eksklusif karena dapat diketahui bahwa orang – orang
yang berada di kelas sosial atau memiliki status sosial yang tertinggi, mereka
lebih memilih produk yang higienis, terbaru, bermerk, dan kualitas yang sangat
bagus. Berbeda apabila pemasaran dilakukan untuk orang – orang yang berada pada
kelas sosial terendah. Penggunaan iklan pun kurang di gencarkan dan biasanya
malah lebih menggunakan promosi yang lebih kuat, karena kelas sosial yang
rendah lebih banyak mementingkan sebuah kuantitas suatu produk dengan harga
yang murah. Jadi berbeda sekali pemasaran yang dilakukan apabila melihat dari
posisi kelas sosial yang ada.
SUMBER:
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 9
Pengaruh
Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi
Produk
mempunyai fungsi, bentuk dan arti. Ketika konsumen membeli suatu produk, mereka
berharap produk tersebut menjalankan suatu fungsi yang bermanfaat. Konsumen
terus membeli produk hanya bila harapan mereka akan produk yang menjalankan
fungsi tersebut dipenuhi dengan sangat baik, namun selain itu produk yang baik
harus memiliki norma. Produk mungkin memiliki symbol makna dalam suatu
masyarakat, seperti bayam diasumsikan sebagai sebuah kekuatan untuk membujuk
anak-anak untuk memakannya.
Setidaknya
ada tiga efek utama yang dapat di pelajari, pertama budaya mempengaruhi
struktur konsumsi institusi-institusi yang tersedia, kedua budaya mempengaruhi
individu dalam mengambil sebuah keputusan dalam pembelian suatu produk, dan
ketiga budaya adalah variable utama dalam penciptaan dan komunikasi makna di
dalam produk.
Kebudayaan
mempengaruhi perilaku pembelian karena budaya menyerap ke dalam kehidupan
sehari-hari. Budaya menetapkan apa yang kita dengar dan apa yang kita makan,
dimana kita tinggal dan kemana kita bepergian. Budaya mempengaruhi bagaimana
kita membeli dan menggunakan produk dan kepuasan kita terhadap produk tersebut.
Struktur
masyarakat dan etnis menentukan sebagian besar apa yang dibeli dan digunakan
oleh konsumen individual. Sistem hukum dan pemerintah ialah bagian dari budaya
bangsa. Ssitem tersebut menentukan apa yang akan ditawarkan oleh penyuplai,
cara-cara produk dapat dipasarkan, dan tingkat dimana konsumen dibolehkan
bertindak. Untuk mengembangkan strategi yang efektif, pemasar perlu mengidentifikasi
aspek-aspek penting kebudayaan dan bagaimana mereka mempengaruhi konsumen.
Budaya
mencakup baik elemen abstrak maupun material. Elemen abstrak mencakup nilai,
gagasan, tipe kepribadian, dan ringkasan. Elemen material mencakup benda-benda
seperti produk, peralatan, kendaraan maupun gedung. Proses tersebut menyebabkan
orang menggunakan nilai-nilai yang mempengaruhi konsumsi seperti sifat hemat,
kesenangan, kejujuran dan ambisi.
Faktor-
Faktor Kebudayaan Terhadap Pembelian dan Konsumsi menurut Edward Burnett Tylor,
kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
Sedangkan perwujudan kebudayaan yaitu benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, dapat berupa perilaku dan benda-benda yang
bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Faktor
budaya memberikan pengaruh yang luas dan dalam pada perilaku konsumen.
Pengiklan harus mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, maupun subbudaya
dan kelas social pembeli. Budaya adalah penyebab paling mendasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Budaya merupakan suatu nilai-nilai dasar, persepsi,
keinginan dan perilaku yang dapat dipelajari oleh seorang anggota masyarakat
dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari
sub-budaya – sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan
sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Sub-budaya dapat
dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok keagamaan,
kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting
dan pemasar seringkali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan konsumen.
Kelas-kelas
sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam suatu
masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai,
minat dan perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor
tunggal, seperti pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, kekayaan dan variable lain.
Semua
individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan jasa untuk
konsumsi pribadi memiliki tingkah laku sebagai pembeli (konsumen): Perilaku
membeli konsumen akhir (individu dan rumah tangga) yang membeli barang serta
jasa untuk konsumsi pribadi. Model Tingkah Laku Membeli:
1.
Karakteristik yang Mempengaruhi Tingkah Laku Konsumen
2.
Perangsang
3. Penjualan
4. Produk
5. Harga
SUMBER:
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 8
Mempengaruhi
Sikap dan Perilaku
Menurut
Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan untuk
bereaksi (disposition to react) secara positif
(favorably) atau secara negatif (unfavorably) terhadap obyek – obyek
tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears, 1999) berpendapat bahwa
sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional,
emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.
Proses
belajar sosial terbentuk dari interaksi sosial. Dalam interaksi sosial, individu
membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologis yang
dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
adalah:
1.
Pengalaman Pribadi
Untuk dapat
menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan
yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan
emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2.
Kebudayaan. B.F. Skinner
(dalam,
Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam
membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku
yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement (penguatan, ganjaran)
yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku
tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang Lain
Yang Di anggap Penting
Pada
umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
4. Media Massa
Sebagai
sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut,
apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi
Pendidikan dan Agama
Sebagai
suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor Emosi Dalam Diri
Tidak semua
bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari
oleh faktor emosional adalah prasangka.
SUMBER:
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 7
Kepribadian
Nilai dan Gaya Hidup
Dalam
perilaku konsumen ada banyak faktor yang mempengaruhi seperti factor
kebudayaan, social, pribadi dan psikologi dari pembeli. Kepribadian adalah
organisasi yang dinamis dari system psikophisis individu yang menentukan
penyesuaian dirinya terhadap lingkungannya secara unik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kepribadian adala sebagai berikut:
A. Keturunan
Keturunan
merujuk pada sosok fisik, daya tarik wajah, kelamin, temperamen, tingkat energi
merupakan suatu karakteristik yang di pengaruhi oleh kedua orang tua.
B. Lingkungan
Diantara
faktor-faktor yang menggunakan tekanan dalam pembentukan kepribadian adalah
budaya dimana kita dibesarkan, pengkondisian dini kita dan noma-norma yang
tercipta diantara keluarga, teman-teman maupun lingkungan social. Sehingga
pengaruh lingkungan sangat besar dalam membentuk kepribadian kita.
C. Situasi
Situasi
mempengaruhi efek keturunan dan lingkungan pada kepribadian. Kepribadian
seorang individu pada umunya konsisten namun pada saat tertentu dapat berubah.
Tuntutan berbeda dari situasi memunculkan aspek-aspek lain yang berkaitan
dengan kepribadian seseorang. Oleh karena itu, kita jangan hanya melihat
kepribadian dalam keterpencilan.
Kepribadian
biasanya dijelaskan dengan menggunakan cirri-ciri seperti kepercayaan diri,
dominasi, otonomi, ketaatan, kemampuan bersosialisasi dan kemampuan
beradaptasi. Dalam batasan kepribadia tersebut ada 4 hal yang dapat diuraikan
yaitu:
1. Dinamis
Kepribadian
itu selalu berubah. Perubahan ini digerakkan oleh tenaga yang terdapat dari
dalam diri individu yang bersangkutan, akan tetapi perubahan tersebut tetap
berada batasan tertentu.
2. Organisasi Sistem
Hal ini
mengandung pengertian bahwa kepribadian itu merupakan suatu keseluruhan yang bulat
dan utuh.
3. Psikophisis
Kepribadian
tidak hanya bersifat fisik tetapi juga harus bersifat psikis.
4. Unik
Kepribadian
antara individu yang satu dengan yang lainnya tidak ada yang sama sehingga
memiliki keunikan tersendiri.
Unsur-unsur
yang terdapat dalam Kepribadian adalah sebagai berikut:
a. Self
Merupakan
taksiran yang berupa perkiraan dan perasaan seseorang mengenai siapa dia, apa
dia, dan dimana dia berada.
b. Personality Traits
Kecenderungan
umum kita yang beraneka ragam untuk mengevaluasi situasi-situasi dengan
cara-cara tertentu dan kemudian bertindak dari evaluasi tersebut.
c. Kecerdasan
Kesiagaan
abilitas belajar, kecepatan melihat hubungan, kesanggupan memutuskan sesuatu
dengan cepat dan tepat dalam menghimpun data dan kemudian menarik kesimpulan.
d. Kesehatan
Kesehatan
yang dimiliki suatu individu akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
e. Sikap terhadap orang lain
Beberapa
sikap kita terhadap orang lain sering kali mencerminkan bagaimana sikap kita
sendiri.
Gaya Hidup
Gaya hidup
secara luas di definisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh
bagaimana seseorang menghabiskan waktu mereka(aktivitas), apa yang mereka
anggap penting dalam lingkungannya, dan apa yang mereka pikirkan tentang diri
mereka sendiri terhadap lingkungannya.
Beberapa
perubahan gaya hidup yang terjadi di Indonesia:
· Perubahan pembelian yang lebih
cenderung dilakukan wanita dibandingkan pria
· Mempunyai perhatian besar terhadap
pada masalah kesehatan dan gizi
· Lebih menyadari diri sendiri
· Gaya hidup yang konservatif
· Meningkatnya penekanan dan kesenjangan
hidup
· Kesadaran lingkungan yang lebih besar.
Untuk
memahami bagaimana gaya hidup, sekelompok masyarakat harus diperlukan program
untuk mengukur gaya hidup yang berkembang. Menurut Surveyor Research
International (SRI) telah mengembangkan program untuk mengukur gaya hidup yang
ditinjau dari aspek nilai cultural yaitu Outer directed, Inner directed, dan
need driven. Program ini disebut sebagai VALS 1.
SUMBER:
Selasa, 19 November 2013
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 6
Sikap
Motivasi dan Konsep Diri
Keputusan
membeli atau tidak membeli merupakan konsekuensi dari sikap seseorang. Meskipun
dapat di pengaruhi oleh factor lingkungan, sikap merupakan penilaian yang
sangat subyektif. Sikap seseorang akan membentuk pola perilaku (menerima atau
menolak) yang sering kali sulit untuk di rubah. Meskipun demikian, pemasar
perlu melakukan usaha membentuk sikap konsumen agar tidak menolak produk maupun
perusahaan. Penelitian dengan pengukuran indeks sikap merupakan langkah untuk
memahami sikap masyarakat. Sikap adalah penilaian relative seseorang suatu
objek atau pemikiran tertentu secara konsisten.
Dalam factor
personal terdapat motivasi yaitu dorongan internal untuk melakukan tindakan
sesuatu sebagai usaha pemenuhan kebutuhan. Memahami motivasi seseorang tidaklah
mudah. Karena keadaan itu merupakan situasi yang sifatnya sangat pribadi. Di
samping itu, terlalu banyak variable yang mempengaruhinya. Banyak teori di
kembangkan untuk menjelaskan motivasi. Teori motivasi paling di kenal adalah
teori kognitif tentang kebutuhan manusia dari Abraham H. Maslow (1973) dan
Herzberg. Menumbuhkan kepercayaan seseorang berarti juga membentuk sikapnya.
Tingkatan kepercayaan seseorang menentukan citra terhadap suatu objek sebagai
dasar sikap untuk melakukan suatu tindakan.
Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut
memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. Menurut Mowen dan
Minor kepercayaan konsumen adalah pengetahuan konsmen mengenai suatu objek,
atributnya, manfaatnya. Pengetahuan tersebut berguna dalam mengkomunikasikan
suatu produk dan atributnya kepada konsumen. Sikap menggambarkan kepercayaan
konsumen terhadap berbagai atribut tersebut. Berikut adalah beberapa
karakteristik sikap antara lain :
1. Sikap positif, negatif, netral
2. Keyakinan sikap
3. Sikap memiliki objek
4. Konsistensi sikap
5. Resistensi sikap
Empat fungsi
sikap yang bisa digunakan oleh pemasar sebagai metode untuk mengubah sikap
konsumen terhadap produk dan atributnya menurut Daniel Katz antara lain :
· Fungsi utilitarian
· Fungsi mempertahankan ego
· Fungsi ekspresi nilai
· Fungsi pengetahuan
Pengukuran
sikap yang paling populer digunakan oleh para peneliti konsumen adalah model
multi atribut yang terdiri dari tiga model : the attittude toward-object model,
the attittude toward-behavior model, dan the theory of reasoned-action model.
Model ini menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu objek sangat
ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model
ini menekankan tingkat kepentingan yang diberikan kosumen kepada suatu atribut
sebuah produk. Model sikap lainnya yang juga sering digunakan adalah model
sikap angka ideal. model ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen
terhadap merek suatu produk sekaligus memberikan informasi mengenai merek ideal
yang dirasa suatu produk. Perbedaannya dengan model multi atribut adalah
terletak pada pengukuran sikap menurut konsumen.
Pengertian
Sikap, Motivasi, dan Konsep Diri
Ø Sikap
Kata sikap
(attitude), berasal dari bahasa Italia attitudine yaitu “Manner of placing or
holding the body, and Way of feeling, thinking or behaving”. Sikap adalah cara
menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan, jalan pikiran, dan
perilaku. Berikut ini adalah pengertian sikap dari beberapa para ahli yaitu :
Menurut Thomas (1918) dan Znanieck (1974), sikap adalah kondisi mental yang
kompleks yang melibatkan keyakinan dan perasaan, serta disposisi untuk
bertindak dengan cara tertentu. Konsep sikap sebenarnya pertama kali diangkat
ke dalam bahasan ilmu sosial pertama kali oleh Thomas, sosiolog yang banyak
menelaah kehidupan dan perubahan sosial, yang menulis buku Polish Peasant in
Europe and America: Monograph of an Immigrant Group yang merupakan hasil riset
yang dilakukannya bersama Znanieck. Dalam buku tersebut, Thomas dan Znaniecki
membahas informasi sosiologi dari kedua sudut individualistik dan
subjektivistik. Menurut pandangan mereka dua hal yang harus diperhitungkan pada
saat membahas kehidupan dan perubahan sosial adalah sikap individu dan budaya
objektif (objective cultural).
Ø Motivasi
Kata
motivasi berasal dari Bahasa Inggris adalah “Motivation”. Perkataan asalnya
ialah “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa Melayu atau Bahasa Malaysia
kepada “Motif” yang artinya tujuan. Jadi, motivasi adalah sesuatu yang
menggerakan atau mengarahkan tujuan seseorang dalam tindakan-tindakannya secara
negatif atau positif untuk mencapai tujuannya. Selain itu, ada tiga elemen
utama dalam motivasi antara lain : intensitas, arah, dan ketekunan. Pengertian motivasi
menurut beberapa ahli : Menurut Cropley (1985), Motivasi dapat dijelaskan
sebagai “tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu”. Menurut
Wlodkowski (1985) menjelaskan, motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan
atau menimbulkan perilaku tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan
(persistence) pada tingkah laku tersebut. Pengertian ini jelas bernafaskan
behaviorisme (teori belajar dan percaya bahwa semua perilaku yang diperoleh
sebagai hasil dari pengkondisian).
Ø Konsep Diri
Konsep diri
merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Pengertian konsep diri menurut beberapa ahli : Menurut
Stuart dan Sudeen (1998), konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan
dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu
dalam berhubungan dengan orang lain. Hal ini temasuk persepsi individu akan
sifat dan kemampuannya, interaksi dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai
yang berkaitan dengan pengalaman dan objek, tujuan serta keinginannya. Menurut
Beck, Willian dan Rawlin (1986) menyatakan bahwa, konsep diri adalah cara
individu memandang dirinya secara utuh, baik fisikal, emosional intelektual,
sosial dan spiritual
Komponen
Sikap dan Sifat Sikap
ü Sikap
Komponen
yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :
a. Kognitif (cognitive)
Berisi
kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek
sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar
seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
b.
Afektif (affective)
Menyangkut
masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum
komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c.
Konatif (conative)
Komponen
konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana
perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang
berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi.
Sikap memiliki
beberapa karakteristik, antara lain : arah, intensitas, keluasan, konsistensi
dan spontanitas (Assael, 1984 dan Hawkins dkk, 1986). Karakteristik dan arah
menunjukkan bahwa sikap dapat mengarah pada persetujuan atau tidaknya individu,
mendukung atau menolak terhadap objek sikap. Karakteristik intensitas
menunjukkan bahwa sikap memiliki derajat kekuatan yang pada setiap individu
bisa berbeda tingkatannya. Karakteristik keluasan sikap menunjuk pada cakupan
luas mana kesiapan individu dalam merespon atau menyatakan sikapnya secara
spontan.
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk
bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif
yang saling bereaksi di dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap
suatu objek.
Pada
dasarnya, usaha memahami perilaku konsumen perusahaan yang merupakan kunci
sukses pemasaran, tidak sesederhana memahami tiga unsur pokok di atas. Ketiga
unsur tersebut merupakan suatu simplifikasi yang komplek dari konsumen. Karena
untuk mengetahui kebutuhan dan kemauan untuk membelanjakan uang dari konsumen,
perusahaan harus meneliti jumlah produk, kapan, dengan siapa, dan bagaimana
produk tersebut dibeli dan dikonsumsi oleh konsumen. Selain itu perusahaan
harus meneliti kegiatan konsumen yang tidak kasat mata seperti nilai,
keinginan, persepsi, bagaimana mereka memproses informasi dan mengevaluasi
alternative produk, sampai pada bagaimana perasaan konsumen dalam memiliki
proses pengambilan keputusan pembelian, konsumen dipengaruhi oleh banyak faktor
baik yang berasal dari dalam dirinya seperti persepsi, motivasi, emosi, dan
kepribadian, maupun yang berasal dari luar dirinya seperti, budaya, nilai,
status social, kelompok, rumah tangga, dan kegiatan pemasaran. Faktor internal
dan eksternal tersebut mempengaruhi sikap dan gaya hidup konsumen yang pada
akhirnya mempengaruhi kebutuhan sehari-harinya. Untuk mencapai pemahaman
perilaku konsumen yang begitu komplek tersebut harus dilakukan melalui suatu
penelitian pemasaran.
Dengan penelitian tersebut perusahaan akan memperoleh
gambaran tentang : sikap konsumen yang sebenarnya dari produk yang dipasarkan;
bagaimana
persepsi
konsumen atas penampilan produk perusahaan baik dalam kaitannya dengan
keinginan konsumen sendiri maupun dalam kaitannya dengan produk pesaing.
Gambaran yang diperoleh dari penelitian tersebut, merupakan modal dasar
perusahaan untuk menetapkan kebijakan pemasaran yang akan dijalankan seperti
penempatan produk di pasar (product positioning), segmentasi pasar,
pengembangan produk atau pasar baru, dan kebijakan bauran pemasaran serta
kebijakan untuk go international.
Beberapa
pemasar membedakan antara pemasaran yang cepat tanggap dengan pemasaran yang kreatif.
Pemasar yang cepat tanggap menemukan suatu kebutuhan yang diutarakan dan
mengisinya. Pemasar yang kreatif menemukan dan menghasilkan solusi yang tidak
diminta pelanggan namun di sambut hangat. Mengapa sangat penting untuk
memuaskan pelanggan sasaran? Karena penjualan perusahaan setiap periode berasal
dari dua kelompok yaitu pelanggan baru dan pelanggan setia. Forum Company
memperkirakan bahwa pelanggan baru yang tertarik dapat menimbulkan biaya lima
kali lipat dari biaya menyenangkan pelanggan yang ada. Dan biaya kehilangan
pelanggan mungkin enam belas kali lipat biaya menarik pelanggan baru ke tingkat
laba yang sama. Karena itu, mempertahankan pelanggan lebih penting daripada
menarik pelanggan. Kunci untuk mempertahankan pelanggan adalah kepuasan pelanggan.
Pelanggan
yang sangat puas mampu menjadikan konsumen lebih setia, membeli lebih banyak
jika perusahaan memperkenalkan produk baru dan menyempurnakan produk yang ada,
memberikan komentar yang menguntungkan tentang perusahaan dan produknya, kurang
memberikan perhatian pada merek dan iklan pesaing serta kurang sensitif
terhadap harga, Memberikan gagasan produk/jasa pada perusahaan, dan membutuhkan
biaya pelayanan yang lebih kecil daripada pelanggan baru karena transaksi
menjadi rutin.
SUMBER:
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 5
Sumber Daya
Konsumen dan Pengetahuan
A. Sumber Daya Konsumen
Sumber daya
ekonomi pada dasarnya diartikan sebagai sesuatu sumber daya yang dimiliki baik
yang tergolong pada sumber daya alam maupun sumber daya manusia yang dapat
memberikan manfaat serta dapat digunakan sebagai modal dasar pembangunan
(ekonomi) wilayah tingkat ketergantungan terhadap sumberdaya secara struktural
harus bisa dialihkan pada sumberdaya alam lain. Misalnya, penggunaan energi
sinar matahari, panas bumi, atau gelombang laut termasuk angin, akan dapat
mengurangi ketergantungan manusia terhadap sumberdaya alam yang tidak dapat
diperbarui. sumberdaya alam yang tidak dapat diperbarui (non-renewable or
exhaustible resources). Jenis sumberdaya ini pada dasarnya meliputi sumberdaya
alam yang mensuplai energi seperti minyak, gas alam, uranium, batubara serta
mineral yang non energi seperti misalnya : tembaga, nikel,aluminium,dll.
Sumberdaya alam jenis ini adalah sumberdaya alam dalam jumlah yang tetap berupa
deposit mineral (mineral deposits) diberbagai tempat dimuka bumi. Sumberdaya
alam jenis ini bisa habis baik karena sifatnya yang tidak bisa diganti oleh
proses alam maupun karena proses penggantian alamiahnya berjalan lebih lamban
dari jumlah pemanfaatannya. sumberdaya alam yang potensial untuk diperbarui
(potentially renewable resources).
Sumber Daya
Sementara
Waktu menjadi variabel yang semakin penting
dalam memahami perilaku konsumen.
Karena
konsumen mayoritas semakin mengalami kemiskinan akan waktu. Namun demikian ada
suatu bagian waktu yang dihabiskan untuk kegiatan yang sangat pribadi yaitu
waktu senggang.
Sumber daya
kognitifProduk yang diklasifikasikan menurut sifat waktu konsumen disebut
barang waktu (time goods).
Sumber Daya
Kognitif
· Pengertian sumber daya kognitif adalah
kemampuan untuk secara lebih tepat merepresentasikan dunia dan melakukan
operasi logis dalam representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini
membahas munculnya dan diperolehnya schemata—skema tentang bagaimana seseorang
mempersepsi lingkungannya— dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang
memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme.
B. Pengetahuan
Pengetahuan
konsumen adalah semua informasi yang dimiliki konsumen mengenai berbagai macam
produk, serta pengetahuan lainnya yang terkait dan informasi yang berhubungan
dengan fungsinya sebagai konsumen.
Pengetahuan
Konsumen terbagi kedalam tiga macam :
1. Pengetahuan Produk
Pengetahuan
produk adalah kumpulan berbagai macam informasi mengenai produk. Pengetahuan
ini meliputi kategori produk, merek, terminologi produk, atribut atau fitur
produk, harga produk dan kepercayaan mengenai produk.
2. Pengetahuan Pembelian
Pengetahuan
pembelian terdiri atas pengetahuan tentang toko, lokasi produk di dalam toko
dan penempatan produk yang sebenarnya di dalam toko tersebut. Konsumen
cenderung lebih senang mengunjungi toko yang sudah dikenalnya untuk berbelanja,
karena telah mengetahui dimana letak produk di dalam toko tersebut.
3. Pengetahuan Pemakaian
Suatu produk
akan memberikan manfaat kepada konsumen jika produk tersebut telah digunakan
atau dikonsumsi. Agar produk tersebut bisa memberikan manfaat yang maksimal dan
kepuasan yang tinggi, maka konsumen harus bisa menggunakan atau mengkonsumsi
produk tersebut dengan benar.Produsen berkewajiban untuk memberikan informasi
yang cukup agar konsumen mengetahui cara pemakaian suatu produk. Pengetahuan
pemakaian suatu produk adalah penting bagi konsumen.
SUMBER:
PERILAKU KONSUMEN
Pertemuan 4
Evaluasi
Alternatif Sebelum Pembelian
A. Proses
Pengambilan Keputusan Pada Konsumen
Setelah
konsumen menerima pengaruh dalam kehidupannya maka mereka sampai pada keputusan
membeli atau menolak produk. Pemasar dianggap berhasil kalau pengaruh-pengaruh
yang diberikannya menghasilkan pembelian dan atau dikonsumsi oleh konsumen.
Keputusan konsumen, tingkatan-tingkatan dalam pengambilan keputusan, serta
pengambilan keputusan dari sudut pandang yang berbeda bukan hanya untuk
menyangkut keputusan untuk membeli, melainkan untuk disimpan dan dimiliki oleh
konsumen.
B. Konsep
Keputusan
Keputusan
adalah suatu pemilihan tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Bila
seseorang dihadapkan pada dua pilihan, yaitu membeli dan tidak membeli tapi
memilih membeli, maka dia ada dalam posisi membuat keputusan. Semua orang
mengambil keputusan setiap hari dalam hidupnya tanpa disadari. Dalam proses
pengambilan keputusan, konsumen harus melakukan pemecahan masalah dalam
kebutuhan yang dirasakan dan keinginannya untuk memenuhi kebutuhan dengan
konsumsi produk atau jasa yang sesuai. Tiga tingkatan dalam pemecahan ini;
Pemecahan
masalah yang mensyaratkan respons yang rutin.
Keputusan
yang diambil tidak disertai dengan usaha yang cukup untuk mencari informasi dan
menentukan alternatif. Kebiasaan berjalan secara otomatis, prilaku seseorang
merupakan respon terhadap rutinitas karena dilakukan berulang-ulang seringkali
tanpa disadari.
Pemecahan
masalah dengan proses yang tidak berbelit-belit (terbatas).
Pemecahan
masalah ini menyebabkan seseorang tidak peduli dengan ada tidaknya informasi
dengan menggunakan criteria yang kurang lebih sudah terbentuk, untuk
mengevaluasi kategori produk dan mereknya. Tidak mengevaluasi setiap atribut
dan fitur produk dalam memilih mana yang sesuai dengan kebutuhannya.
Pemecahan
masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih berhati-hati dan penuh
pertimbangan (pemecahan masalah yang intensif).
Di tingkat
ini konsumen memerlukan informasi yang relative lengkap untuk membentuk
criteria evaluasi dari kriteria yang baku .
Prosesnya
lebih rumit dan panjang mengikuti proses tradisional. Mulai dari sadar akan
kebutuhan, motivasi untuk memenuhi kebutuhan, mencari informasi, mengembangkan
alternative, memilih satu dari berbagai alternatif dan memutuskan untuk
membeli. Terutama menyangkut produk yang gampang terlihat oang lain dan sangat
mempengaruhi citra diri sosial seseorang (significant others; orang lain yang
signifikan bagi kehidupan seseorang, terutama citra dirinya).
Aspek-aspek
pemilihan keputusan
Produk yang
murah - Produk yang lebih mahal
Pembelian
yang sering - Pembelian yan jarang
Keterlibatan
rendah - Keterlibatan tinggi
Kelas produk
dan merek kurang terkenal- Kelas produk dan merek terkenal
Pembelian
dengan pertimbangan dan - Pembelian dengan pertimbangan
pencarian
yang kurang matang. dan pencarian intensif
C. Analisis
Pengambilan Keputusan oleh Konsumen
Ada empat
sudut pandang dalam menganalisis pengambilan keputusan konsumen sbb:
-Sudut
Pandang Ekonomis
Konsumen
sebagai orang yang membuat keputusan secara rasional, yang mengetahui semua
alternative produk yang tersedia dan harus mampu membuat peringkat dari setiap
alternative yang ditentukan dipertimbangkan dari kegunaan dan kerugiannya serta
harus dapat mengidentifikasikan satu alternative yang terbaik, disebut economic
man. Tidak realistis karena:
i.Manusia
memiliki keterbatasan kemampuan, kebiasaan dan gerak.
Contoh;
orang yang tidak terampil berkomunikasi akan malas bertanya.
ii. Manusia
dibatasi oleh nilai-nilai dan tujuan.
Contoh:
seorang perempuan yang ingin menghangatkan badan tidak harus pergi ke kota
untuk membeli ronde, cukup dengan membuat kopi panas untuk memenuhi tujuannya.
iii. Manusia
dibatasi oleh pengetahuan yang mereka miliki.
Tidak semua
informasi mengenai produk bisa mereka pahami, kriteria evaluasi yang ingin
mereka bentuk pun tidak akan setepat economic man. Konsumen tidak membuat
keputusan yang rasional, tetapi keputusan yang memuaskan adalah keputusan yang
cukup baik.Sudut Pandang Pasif
Sudut
pandang ini berlawanan dengan sudut pandang ekonomis, konsumen pada dasarnya
pasrah pada kepentingan sendiri dan menerima secara pasif usaha-usaha promosi
dari para pemasar. Konsumen dianggap sebagai pembeli yang impulsive dan
irasional.
Kelemahannya
adalah pandangan ini tidak mempertimbangkan kenyataan bahwa konsumen memainkan peranan
penting dalam setiap pembelian yang dilakukan, baik dalam mencari informasi
tentang berbagai alternative produk, maupun dalam menyeleksi produk yang
dianggap akan memberikan kepuasan.
-Sudut
Pandang Kognitif
Konsumen
sebagai cognitive man atau sebagai problem solver. Kosumen merupakan pengolah
informasi yang selalu mencari dan mengevaluasi informasi tentang produk dan
gerai. Pengolah informasi selalu berujung pada pembentukan pilihan, terjadi
inisiatif untuk membeli atau menolak produk. Cognitive man berdiri di antara
economic man dan passive man, seringkali cognitive man punya pola respon
terhadap informasi yang berlebihan dan seringkali mengambil jalan pintas, untuk
memenuhi pengambilan keputusannya (heuristic) pada keputusan yang memuaskan.
-Sudut
Pandang Emosional
Menekankan
emosi sebagai pendorong utama, sehingga konsumen membeli suatu produk.
Favoritisme buktinya seseorang berusaha mendapatkan produk favoritnya, apapun
yang terjadi. Benda-benda yang menimbulkan kenangan juga dibeli berdasarkan emosi.
anggapan
emotional man itu tidak rasional adalah tidak benar. Mendapatkan produk yang
membuat perasaannya lebih baik merupakan keputusan yang rasional.
D. Model
Sederhana untuk menggambarkan pengambilan keputusan konsumen.
Pengaruh
Eksternal
Usaha-usaha
pemasaran pemasaran
Lingkungan
social budaya: keluarga, sumber informal, sumber non komersial, kelas social,
budaya dan sub budaya
Pengambilan
Keputusan Pada Konsumen
Sadar akan
kebutuhan
Mencari
sebelum membeli
Mengevaluasi
alternatif
-Area psikologis
a. Motivasi
b. Persepsi
c.
Pembelajaran
d.
Kepribadian
e. Sikap
-Perilaku
Setelah Keputusan
Pembelian
a. Percobaan
b. Pembelian
ulang
Evaluasi
Setelah Pembelian
- Input
Komponen
input merupakan pengaruh eksternal sebagai sumber informasi tentang produk
tertentu yang mempengaruhi nilai yang berhubungan dengan produk, sikap dan
perilaku konsumen.
> Input
Pemasaran, aktivitas pemasaran yang merupakan usaha langsung untuk menjangkau,
menginformasikan, dan membujuk konsumen agar membeli dan menggunakan produk
tertentu. Usaha melalui 4P, yaitu Product, Price, Place, Promotion.
>
Pengaruh Sosial Budaya, membujuk konsumen karena adanya lingkungan sosial
budaya seperti keluarga, sumber informal, sumber non komersial, kelas sosial,
budaya dan sub budaya.
- Proses
Merupakan
tahap yang memfokuskan pada cara konsumen mengambil keputusan. Berbagai faktor
psikologis yang melekat pada setiap individu, mempengaruhi input dari luar pada
tahap input mempengaruhi pengenalan konsumen terhadap kebutuhan, pencarian informasi
sebelum pembelian, dan evaluasi terhadap berbagai alternative.
> Sadar
akan kebutuhan, konsumen menyadari akan adanya kebutuhan ketika menghadapi
suatu masalah.
>
Pencarian pra beli, konsumen berada pada tingkatan ini jika ia memerlukan
informasi yang akan digunakan sebagai dasar menentukan pilihan produk.
>
Evaluasi terhadap alternative, konsumen cenderung menggunakan dua tipe
informasi, yaitu
>>Mengetahui
merek yang konsumen rencanakan untuk digunakan dalam memilih.
>>Kriteria
yang akan digunakan untuk mengevaluasi tiap-tiap merek.
- Output
Dua macam
kegiatan pasca keputusan yang saling berhubungan, yaitu :
- Perilaku
beli
- Evaluasi
pasca beli
>>>Jenis-jenis
situasi dalam proses pengambilan keputusan konsumen :
>Situasi
Komunikasi : situasi pada waktu konsumen menerima informasi, mempengaruhi
perilaku konsumen. Bila konsumen sedang membutuhkan produk, maka dia akan
berada dalam situasi yang kondusif untuk menerima informasi itu dan membentuk
persepsi yang penting tentang produk. Apabila seseorang baru saja mengetahui
bahwa dia gagal dalam ujiannya, dia tidak akan memperhatikan komunikasi
pemasaran yang sedang berlangsung.
> Situasi
Pembelian : situasi dapat pula mempengaruhi situasi pembelian. Bila seseorang
berbelanja sendiri, dia tidak akan melakukan banyak pencarian informasi,
seperti apabila dia pergi dengan teman-temannya ataupun keluarga nya.
> Situasi
Penggunaan : pada waktu orang ingin menjamu tamu yang penting bagi dia, dia
tidak akan memakai alat-alat makan yang biasa dia pakai, tetapi akan membutuhkan
peralatan makan yang lebih bagus.
>Situasi
Penggantian Produk : keputusan untuk membuang bungkus produk sebelum dan
sesudah konsumsi, dan keputusan untuk menyingkirkan produk yang sudah tidak
dipakai lagi.
E. Sifat-sifat
Pengaruh Situasional
Pengaruh
situasional adalah faktor-faktor yang penting dalam waktu dan di tempat
pengamatan yang tidak ada hubungannya dengan atribut pribadi ataupun stimulus,
mempunyai efek yang sistematis dan bisa dilihat, terhadap perilaku seseorang.
Jadi, situasi merupakan faktor-faktor di luar dan dipisahkan dari produk dan
atau iklan tentang produk yang mempengaruhi konsumen. Konsumen tidak merespon
stimulus pemasaran itu saja, tetapi bersama-sama dengan situasi.
E. 1. Klasifikasi
Situasional
-Lingkungan
Fisik : termasuk dekorasi, suara, aroma, pencahayaan, cuaca dan susunan barang
dagangan (produk) dan benda-benda lain yang mengelilingi obyek stimulus.
-Lingkungan
Sosial : adalah individu-individu yang juga hadir atau berada di tempat yang
sama pada waktu pembelian atau konsumsi. Walaupun tampaknya orang membeli dan
berbelanja dengan maksud mendapatkan produk tertentu, Konsumen akan merasa
nyama saat berbelanja di suatu tempat yang di datangi oleh konsumen-konsumen
lain yang kelas nya sama.
-Lingkungan
Waktu : waktu yang tersedia untuk berbelanja, sangat mempengaruhi keputusan
konsumen untuk menentukan pilihannya. Contoh; Layanan antar cepat.
-Tujuan
Konsumsi : Marketer membagi tujuan itu menjadi pembelian untuk digunakan atau
dikonsumsi sendiri dan pembelian untuk diberikan kepada orang lain sebagai
hadiah. Dalam pembelian untuk digunakan sendiri, konsumen lebih yakin tentang
apa yang sudah diputuskannya. Maka pertimbangan dan proses pengambilan
keputusan konsumen akan menjadi rumit dan memerlukan waktu yang agak lama.
-Suasana
hati Konsumen dan atau Kondisi Sementara saat Pembelian : Suasana hati yang
positif mendorong pembelian impulsive. Harus di perhatikan Kondisi sementara
konsumen, seperti lelah, gembira, marah,kecewa akan mempengaruhi keputusan yang
akan di pilih konsumen.
- Situasi
Hari-hari tertentu (hari-hari besar): situasi ini adalah perilaku yang sering
berhubungan yang mempunyai arti simbolik dan dilakukan untuk merespon
peristiwa-peristiwa sosial. Contoh; Konsumen yang beragama Kristen akan banyak
yang membeli peralatan natal pada saat akan merayakan hari natal.
SUMBER:
Langganan:
Komentar (Atom)