Pengertian
Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan
disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan
konklusi (consequence).
Hal-hal yg Berhubungan Dengan
Penalaran
Penalaran dalam Pembelajaran
Matematika MI
Penyempurnaan kurikulum harus selalu dilakukan pemerintah
untuk meningkatkan mutu pendidikan. Di antara hasil terbaru penyempurnaan
tersebut adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kurikulum
matematika pada KTSP mengamanatkan kepada setiap pelaku pembelajaran
matematika, dalam hal ini guru dan siswa, agar senantiasa mengarahkan aktivitas
belajar matematika di sekolah pada pencapaian standar-standar kompetensi, yaitu
meliputi: (1) memahami dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip, teorema, dan
idea matematika, (2) menyelesaikan masalah matematika (mathematical problem
solving), (3) melakukan penalaran matematika (mathematical reasoning), (4)
melakukan koneksi matematika (mathematical connection), (5) melakukan
komunikasi matematika (mathematical communication). Salah satu kelebihan dari
kurikulum terbaru ini adalah dinyatakannya pemecahan masalah (problem-solving),
penalaran (reasoning), komunikasi (communication), dan menghargai kegunaan
matematika sebagai tujuan pembelajaran matematika SD, SMP, SMA, dan SMK di
samping tujuan yang berkait dengan pemahaman konsep yang sudah dikenal guru
seperti: bilangan, perbandingan, sudut, dan segitiga.
Contoh Kasus
Untuk memahami pengertian penalaran dalam pembelajaran
matematika, ada baiknya anda simak beberapa contoh berikut ini:
1· Jika Andi
lebih tinggi dari Bani dan Bani lebih tinggi dari Chandra, maka Andi akan lebih
tinggi dari Chandra.
2· Jika Johan
berumur 10 tahun dan Amir berumur dua tahun lebih tua, maka Amir berumur 12
tahun.
3· Jika besar
dua sudut pada suatu segitiga adalah 600 dan 1000 maka sudut yang ketiga adalah
1800 – (1000 + 600) = 200. Hal ini didasarkan pada teori matematika yang
menyatakan bahwa jumlah besar sudut-sudut suatu segitiga adalah 1800.
4· Untuk
menentukan hasil dari 998 + 1236 maka dapat dilakukan dengan cara mengambil
(meminjam) 2 nilai dari 1236 untuk ditambahkan ke 998 sehingga menjadi 1000.
Dengan demikian 998 + 1236 sama nilainya dengan 1000 + 1234 yang bernilai 2234.
Jadi, 998 + 1236 = 1000 + 1234 = 2234.
Sumber:
http://bdkbandung.kemenag.go.id/jurnal/132-penalaran-dalam-pembelajaran-matematika-mi
Pengertian
Induktif
Paragraf Induktif adalah paragraf yang diawali dengan
menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum. Paragraf Induktif sendiri dikembangkan menjadi beberapa jenis.
Pengembangan tersebut yakni paragraf generalisasi, paragraf analogi, paragraf
sebab akibat bisa juga akibat sebab.
Hal-hal yg Berhubungan
Dengan Induktif
Paragraf Induktif
sendiri dibagi menjadi 3 yaitu :
1. Generalisasi
Adalah suatu pola pengembangan paragraf yang bertolak dari
sejumlah fakta khusus yang memiliki kemiripan menuju sebuah kesimpulan.
Kesimpulan generalisasi didahului dengan penalaran generalisasi. Penalaran
generalisasi pun dapat digunakan untuk mengembangkan paragraf. caranya penulis
lebih dulu menyajikan sejumlah peristiwa khusus dalam bentuk kalimat.Kemudian
pada bagian akhir paragraf itu diakhiri dengan kalimat yang berisi generalisasi
dari peristiwa khusus yang telah disebutkan pada bagian awal. Kalimat terakhir
biasanya berisi gagasan utama paragraf.
2. Analogi
Merupakan pola penyusunan paragraf berupa perbandingan dari
dua hal yang mempunyai sifat sama.
Pengembangan paragraf secara analogi ini didasarkan adanya
anggapan bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi maka akan ada
persamaan pula dalam hal yang lain.
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah pola penyusunan paragraf dengan
menggunakan beberapa fakta yang mempunyai pola hubungan sebab-akibat.
Contoh Kasus
Contoh Paragraf
Induktif :
Banyak pedagang kaki lima yang entah bagaimana awalnya,
seperti mengelompokkan diri hanya dengan menjual jenis barang tertentu di
sebuah trotoar tertentu. Selanjutnya, tampillah trotoar tersebut sebagai
etalase khusus. Bahkan, banyak barang khas trotoar terkenal di Jakarta yang
tidak bisa dijumpai di toko-toko resmi. Dari suasana tersebut ternyata banyak
trotoar yang akhirnya menjadi terkenal karena penampilanya yang khas.
Sumber:
Pengertian
Deduktif
Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat
utamanya berada di awal paragraf, kemudian diikuti kalimat kalimat penjelas.
Hal-hal yg Berhubungan
Dengan Deduktif
Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang
menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam
bagian-bagiannya yang khusus.
Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara
deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi
(kesimpulan). Dengan fakta lain bahwa silogisme adalah rangkaian 3 buah
pendapat, yang terdiri dari 2 pendapat dan 1 kesimpulan.
Entimen
Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung. Dan dapat
dikatakan pula silogisme premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena
sudah sama-sama diketahui.
Contoh Kasus
Contoh Paragraf Deduktif
:
- Pemuda warga desa Tenteram memutuskan melaksanakan jam belajar masyarakat dengan tertib. Sebelumnya, banyak anak sekolah yang dibiarkan di luar rumah, dan hanya duduk duduk di pinggir jalan pada saat jam jam belajar. Para pemuda mulai mendatangi orang tua dan memberi pengertian pentingnya belajar bagi anak anak mereka. Apabila warga menemukan anak-anak mereka sedang kumpul - kumpul di pinggir jalan pada saat jam belajar, mereka akan diperingatkan dan diajak untuk belajar bersama. Jam belajar masyarakat dimulai pukul18.00 sampai pukul 20.00.
- Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial.
Sumber: